Tautan-tautan Akses

Di Tengah Perang di Sudan, Warga Makan Dedaunan untuk Bertahan Hidup


Warga di Gadaref, Sudan, menggunakan kereta keledai untuk membawa air pada 21 April 2024. (Foto: AFP/Ebrahim Hamid)
Warga di Gadaref, Sudan, menggunakan kereta keledai untuk membawa air pada 21 April 2024. (Foto: AFP/Ebrahim Hamid)

Di saat kelaparan melanda di tengah perang yang telah berlangsung selama setahun di Sudan, keluarga Lina Mohammed Hassan mengambil tindakan ekstrem untuk bertahan hidup.

“Anak-anak sedang mengumpulkan daun pohon dan memakannya. Mereka mengambil daun mangga dan memakannya. Sepupu saya berjalan ke samping sekolah dan mengumpulkan daun pohon, memasaknya, dan memakannya, karena kami tidak tahu apakah kami akan punya makanan untuk sarapan.”

Hassan tinggal di lingkungan Banat di Khartoum, terjebak di antara militer Sudan dan lawannya, Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Pada bulan Februari lalu, dia berhasil melarikan diri ke bagian lain kota yang dikuasai oleh pihak militer.

Namun orang-orang masih terjebak di belasan distrik di Khartoum.

Jaringan Sistem Peringatan Dini Kelaparan, sebuah otoritas global mengenai kerawanan pangan, melaporkan pada bulan Maret bahwa wilayah Khartoum berada pada “risiko kelaparan.”

Kelaparan tidak hanya dialami oleh warga ibu kota. Sementara konflik antara militer dan RSF tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, kelaparan menyebar ke seluruh negeri. Di beberapa kamp pengungsian di Darfur Utara, sejumlah warga, petugas medis dan pekerja bantuan mengatakan orang-orang terpaksa memakan tanah dan dedaunan.

Hampir 18 juta orang di Sudan, atau lebih dari sepertiga populasinya, menghadapi “kerawanan pangan akut tingkat tinggi,” menurut Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu. Pemantau kelaparan yang diakui secara global itu mengatakan bahwa dari kelompok ini, hampir lima juta orang berada satu langkah di ambang kelaparan.

Tindakan segera diperlukan, katanya pada bulan Maret, untuk mencegah “kematian yang meluas dan hilangnya mata pencaharian serta mencegah krisis kelaparan yang parah di Sudan.”

Meskipun krisis pangan semakin parah, situasi di Sudan kurang mendapat perhatian internasional dibandingkan keadaan darurat kemanusiaan di tempat lain seperti Gaza dan Ukraina.

Sementara itu, warga dan LSM medis Doctors Without Borders mengatakan banyak orang sudah sekarat karena penyakit dan kekurangan gizi – yang disebut oleh sebagian pengamat sebagai “perang yang terlupakan.” [lt/rs]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG